Archive for Desember 2016
Bagi orang Jawa, cublak-cublak suweng
merupakan permainan yang tidak asing lagi. Bagaimana tidak, permainan
yang dilakukan sembari menyanyi ini kerap kali dilakukan di berbagai
tempat, mulai saat istirahat di sekolah hingga dimainkan saat berkumpul
dengan teman-teman seusai pulang sekolah. Menariknya lagi, modal
melakukan permainan ini hanya sebuah kerikil saja! Itupun bisa diganti
dengan beragam barang imut lainnya seperti kelereng, biji buah seperti
buah salak, sirkaya hingga sirsak. Terlihat unik bukan? yuk segera disimak informasi menariknya berikut ini!
Cublak-cublak suweng, suwenge ting
gelenter, mambu ketundhung gudel, pak empong lera-lere, sopo ngguyu
ndelikake, sir-sir pong dele kopong, sir-sirpong dele kopong.
Begitulah nyanyian yang didendangkan sepanjang permainan ini. Sebuah
nyanyian berbahasa Jawa yang menjadi teman jutaaan anak Indonesia bahkan
hingga kini. Dalam permainan ini intinya seorang yang akan dijadikan
penjaga harus menebak siapakah pemain yang menyembunyikan kerikil atau
biji buah. Terlihat mudah namun sangat mengasikkan. Begitulah kiranya
yang dapat menggambarkan permainan unik yang satu ini.
Siapa yang menjaga permainan ditentukan
dengan cara hompimpa. Hompimpa adalah sebuah klasifikasi yang dilakukan
dengan cara memilih posisi tangan, berbaring atau tengkurap. Sebelum
hompimpa dimulai, ditentukan dulu aturan yang menang atupun yang kalah.
Aturan tersebut diambil dari kesepakatan sebagian besar pemain. Untuk
lebih mempermudah klasifikasi umumnya yang paling sedikit adalah yang
kalah. Nah yang kalah ini nantinya akan dijadikan penjaga pertama saat
dimulainya permainan cublak-cublak suweng itu sendiri.
Saat permainan ini berlangsung, punggung
penjaga akan dijadikan alas tangan anak-anak. Sembari menyanyikan lagu,
para pemain ini akan memindah-mindahkan posisi kerikil dari tangan satu
pemain ke tangan pemain lainnya. Namun jika lagu berakhir, pemain bisa
memberikan pada pemain yang dipercaya. Selanjutnya pemain akan melakukan
posisi tangan menggenggam, seolah sedang menyembunyikan kerikil.
Penjaga akan berganti ketika ia berhasil
menebak pemain mana yang menyembunyikan kerikil. Jika pemain yang
memegang kerikil tertebak, maka ia akan menggantikan posisi penjaga
lama. Sebaliknya, jika penjaga gagal menebak, maka permainan dapat
diulang kembali hingga penjaga berhasil menebak siapa pembawa kerikil
dengan benar. Permainan cublak-cublak suweng dapat dilakukan minimal
dengan tiga orang pemain. Dan seperti beragam permainan tradisional
lainnya, semakin banyak pemain akan semakin menambah keseruan
berlangsungnya permainan. Menarik bukan? Yuk, main cublak-cublak suweng!